Tak sengaja aku searching di google dengan kata kunci “cara
mengatasi minder akut”, akhirnya keluarlah sebuah laman milik salah seorang
wanita yang aku lupa namanya siapa. Aku baca laman itu sampai habis karena judulnya
amat menarik bagiku. “Xenophobia”, ya laman tersebut mengulas tentang
xenophobia, xenophobia yaitu perasaan takut karena bertemu orang asing, bisa
terjadi karena trauma psikologis ketika berada dalam proses tumbuh kembang.
Jika xenophobia ini berlanjut maka individu yang mengalami akan sangat tersiksa
ketika berada di pusat keramaian , memilih untuk menyendiri dan menghindari
tempat-tempat ramai, penderita xenophobia enggan melakukan komunikasi dengan orang
yang belum dikenalnya, jika kejadian ini tidak segera diatasi sejak awal maka
bisa mengarah ke isolasi social.
Xenophobia yang aku alami sangat kompleks. Ya benar seperti
di atas, aku selalu menjauh dari keramaian. Terutama saat ada sanak keluargaku
yang sedang hajatan atau sepupuku ada yang meninggal. Aku lebih memilih berdiam
diri di rumah. Sangat tidak wajar bukan… ?
Fikiranku saat itu merasa dilemma ingin kesana atau tidak,
padahal ddalam hati aku ingin sekali ikutan. Akan tetapi seperti ada rasa takut
yang menyerangku. Takut diolok-olok lah, takut disana bingung mau ngapain lah,
pokoknya ada aja di angan-anganku. Dulu waktu aku umur 8 tahun sering diomong
(diolok-olok ) sama bibi dan tetanggaku karena suaraku pelan banget. Sampai
sampai bibiku bilang “kalau suaramu pelan terus besok besok ga punya teman
weh…”
Ya begitulah waktu aku masih sd, aku sering banget
ditakut-takuti sama orang-orang termasuk sama keluargaku dan teman-temanku.
Pernah dulu, aku sampai bilang “mama, aku ga mau gede ah, aku takut sekolah,
ntar temen-temen pada nakalin aku”,
Memang benar sih aku sering dinakalin sama temenku. Sampai
aku nangis, dan aku merasa sangat kesepian seperti tidak punya teman.
Saat aku kelas 6 sd xenophobia semakin menjadi, aku jarang
banget keluar rumah untuk bersosialisasi. Sering melihat teman main ngumpul dan
mengajakku untuk gabung , tetapi aku menolak. Karena menurutku aku akan jadi
bahan olokan atau bahkan akan dicueki karna aku anak yang paling pendiam
sendiri . Aku juga sangat sulit untuk akrab dengan siapapun termasuk mamaku
sendiri, pahadal mama termasuk orang yang baik dan cukup perhatian kepadaku.
Tetapi selalu ada rasa tidak percaya kalu nanti aku curhat sama beliau
dibeberin ke teman-temanku sehingga aku jadi malu dan membuatku semakin minder.
Di sekolah aku termasuk anak yang pintar terbukti dengan
nilai tertulisku yang lumayan bagus. Tetapi
aku hamper ga pernah maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal di papan
tulis atau sekedar mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan dari Guru.
Saat duduk di bangku SMP aku mulai menemuakan suasana baru,
disini aku mulai menemukan apa yang namanya sahabat. Aku sering banget bersama
dengan si A dan R karena Cuma mereka yang bisa mengerti aku. Tapi mereka tidak menyangka kalau aku
sedikit “aneh” daripada yang lain. Aku suka mereka seperti itu, mereka tidak
memeandang kelemahanku tetapi mereka selalu mendorongku supaya lebih gaul
dengan teman yang lain.
Hehm……sebenarnya masih ingin aku certain lagi tapi capek
ngungkapinnya. Karena penderita xenophobia susah untuk mengungkapkan masalahnya
kepada orang lain.